Pakaian dan Pelecehan Seksual

Nyo
6 min readJul 5, 2020

--

Sebuah premis yang akan berputar disitu aja tanpa konklusi konkret dan holistik

Jagat persilatan Twitter dihebohkan lagi dengan isu RUU PKS dikeluarkan dari Prolegnas. Alasannya simpel, terlalu sulit untuk dibahas katanya. Momentum yang bersamaan, muncul juga video pegawai gerai kopi ternama yang ngeliatin rekaman CCTV mengarah ke customer perempuannya, tapi fokus zoom ke dada, entah disengaja atau tidak tetap saja perbuatan tersebut tidak selayaknya dibenarkan, apa lagi di industri hospitality, dimana katanya kenyamanan pelanggan adalah koentji. Terakhir, kasus “bekal untuk suami” yang menjadi aksi saling lempar opini, kemarahan, dan pembenaran tentang apakah bekal untuk suami cuma buat suami aja? Hmm…

kalo bekal suaminya ini, kira-kira masih pada ribut ga ya?

Tiga hal tersebut yang meramaikan lini masa Twitter saya empat hari belakangan. Sampe-sampe saya yang biasanya cuma jadi pengamat baku hantam huru-hara dari jauh, memutuskan untuk bilang “cukup, this thing is need to be clarified” dramatis.

___

Kenapa sih isu soal pakaian wanita dan pengaruhnya terhadap tingkat pelecehan seksual, cat calling, bahkan pemerkosaan selalu diperdebatkan? Sampai bawa data yang itu lagi itu lagi (data nya disini) padahal interpretasi datanya, bisa diambil dari angle yang jelas pakem: apapun pakaiannya, setiap perempuan bisa jadi korban pelecehan dan pemerkosaan.

Tetapi kadang, ada golongan manusia-manusia unik di luar sana, yang ketika sudah disodorkan data sedemikian rupa, masih aja ngeyel. Udah tau apapun pakaiannya, ealah masih mencoba-coba resiko menaruh diri dalam kondisi yang riskan. Ibarat kata, pake helm atau ga pake helm pas naik motor, kalau kecelakaan bisa aja mati. Tapi pakai helm adalah upaya preventif melindungi diri dari kerusakaan lebih lanjut dan biar kepalanya ngga masuk daftar posisi beresiko. Masih aja ngeyel, pas kepalanya kejedut aspal, bocor karena ngga pakai helm, yang disalahkan siapa? Tentu motor, jalanan, lampu merah, dan rumput yang bergoyang tentunya! Mantap memang.

Padahal sebagai manusia, kita diberikan akal dan instinct untuk bertahan hidup, salah satunya adalah insting menjaga diri. Tapi mungkin namanya manusia-urban-super-modern-reformis, lebih instan dan praktis menyalahkan keadaan daripada capek mirroring themselves tentang apa saja yang bisa mereka lakukan untuk menjaga diri.

Ciee… uda senep ya sampe sini? Kok yang salah perempuan terus. Tunggu, belum selesai tulisannya.

___

Kenapa sih isu pelecehan seksual dan pemerkosaan ini pada akhirnya akan selalu diperdebatkan agar masyarakat me-normalisasi kebebasan perempuan mau pake baju apa, kemana, sama siapa oh Yolanda~ tapi ngga ada yang berani menembak langsung roots of problem yang lebih urgen? Apa tuh akar permasalahan yang urgensinya tinggi?

Jelas, pendidikan nilai agama sejak dini.

ah basi lo, agama terus.

patriarki terooooss. sumber: txtdarifeminis

Habisnya, para aktivis yang memperjuangkan hak perempuan di luar sana, setengah-setengah sih mengakomodir nilai agama ke dalam problem pelecehan dan pemerkosaan ini. Mereka menjelaskan bahwa dalam agama Islam, laki-laki juga harus menundukan pandangan tapi giliran perempuannya juga diajak kerjasama untuk yuk-kita-berpakaian-yang-sopan-dan-sesuai-tempatnya engga mau. Maunya my body my choice. Disuruh menanamkan mindset JANGAN MERKOSA tapi ngga mau diajak elaborasi gimana caranya mindset JANGAN MERKOSA itu terbentuk. Namanya aja mindset, penanamannya panjang, prosesnya harus dimulai dari sedini mungkin dan mindset agar manusia ngga merkosa orang itu kan erat kaitannya dengan value agama sendiri. Dikira menanamkan mindset bimsalabim jadilah dia tidak merkosa. Gimana caranya seseorang mengontrol nafsu (syahwat), stimulus seksual, dan dorongan berbuat dosa itu kan pengajarannya dari pendidikan agama yang komprehensif. Tapiiiii, giliran diajak bareng-bareng yuk, pakai hijab buat yang muslimah dan buat yang non-muslim saling menjaga kehormatan diri dengan pakaianmu, kagak mau.

Uda mulai kebaca ya polanya?

Itulah kenapa menurut gue belajar agama itu penting. Bukan masalah ketika lo embrace value dalam agama telat (kayak gue) tapi seengganya hati terbuka untuk menerima apa aja yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa Ta’allaa. Bukannya malah setiap permasalahan hidup hanya dilihat dari kacamata gender, HAM, dan teori sosial lainnya. Ujung-ujungnya hanya menghasilkan pemikiran yang cenderung relativisme. Kenapa sih penting untuk memakai kacamata agama (sebagai kacamata utama) dalam melihat setiap aspek permasalahan hidup? Go check out your holy scriptures (Al Quran & hadist) karena semua jawaban atas problematika panggung dunia, termasuk pemerkosaan tertera disitu.

Sampai tahap preventif menghindari kejadian buruk diperkosa atau dilecehkan, sudah dijelaskan. Untuk perempuan, sudah jelas how-to nya seperti ini:

قُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖوَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖوَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ …

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka.” (QS. An-Nuur: 31)

Tuntutannya berlaku ngga hanya untuk perempuan kok, tapi juga laki-laki. Seperti yang tertuang dalam QS. An-Nur [24] : 30

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”

Jadi perintah ini ngga bisa dinukil setengah-setengah atau hanya ditujukan ke satu pihak.

Jelas disini tertulis bahwa untuk terciptanya lingkungan yang aman dan kondusif baik bagi laki-laki dan perempuan perlu kerja sama kedua belah pihak

Bukan cuma laki-laki perlu menahan pandangan, sedangkan di luar sana masih ada perempuan yang cuek dan ignorant dengan fakta bahwa manusia dibekali hasrat terstimulasi secara visual dengan melenggang keluar pakai baju minim. Tau kah kamu bahwa sebenernya, meskipun laki-laki sudah berusaha keras menahan pandangan, menjaga diri, sampai berpuasa, godaan tersebut akan tetap besar dan terbendung bila perempuan di publik tidak mencoba bekerjasama menjaga diri mereka dari bahaya perkosaan yang mengintai? Emangnya setan bakal diem aja? Engga! Usaha terus itu setan sampe si laki-laki (atau perempuan) lepas kontrol atas syahwatnya. Kalau uda kayak gini, mau bagaimana wajah peradaban kita?

Sampai kapapun premis pemerkosaan/pelecehan seksual dan pakaian yang dipakai akan menjadi lingkaran setan yang tidak pernah terputus karena mereka tidak berani mengakui bahwa dunia ini bukan tempat yang baik-baik saja. Berapa banyak laki-laki di luar sana yang sayangnya tidak dibekali pengetahuan agama yang baik untuk menghormati wanita dimanapun terlepas ancaman stimulus visual yang masif di luar? Banyak! Sayangnya pihak sebelah sana tidak bisa melihat realita tersebut, dengan berusaha mereformasi kondisi sosial masyarakat yang katanya sangat patriarki untuk memaklumi apapun pilihan perempuan atas bajunya.

Huft.

lah gimana sik tante

___

Kemudian ketika sudah dilempar fakta bahwa agama itu penting, mereka masih berseloroh bilang bahwa ada saja pemuka agama yang katanya taat dan sudah belajar agama tapi memperkosa. Lalu salah siapa? Salah agamanya gitu? Salahkan pelaku, si manusianya, yang tidak mampu menjalankan aturan agama dengan baik dan lurus, jangan malah jadi pembenaran bahwa agama saja tidak akan menolong siapapun dari jurang pemerkosaan.

Justru harus dibalik mindsetnya, agar kita semakin mengakomodir nilai-nilai agama dalam setiap sendi kehidupan, agar benteng kita supaya tidak terjatuh ke kemaksiatan dan hal-hal munkar tidak jebol. Ini yang harusnya lebih dikuatkan dan disuarakan.

Jadi, daripada sibuk berkampanye menanamkan mindset JANGAN MEMPERKOSA di cek dulu langkah yang mau diperbuat agar kampanyenya berjalan. Kalau cuma berteriak jangan memperkosa, siapapun bisa. Tapi langkah konkritnya, membutuhkan kerjasama laki-laki dan perempuan. Kerjasama menciptakan masyarakat beradab nan kondusif itu sudah dituang cara-caranya dalam aturan agamamu, terutama Islam yaitu Al Quran dan Hadist.

Kalau masih mengelak ngga mau mengakomodir agama? Jangan-jangan paham yang kamu usung, berujung pada sekularisme dan liberalisme. Hmm…

Wallahu a’lam bish-shawab.

_______

Tulisan gue ngena? Alhamdulillah… silahkan klik “Clap” yak. Kalau bermanfaat, boleh banget Share tulisan ini di media sosial lo. It means a lot. Ikutin semua keseharian dan kerecehan gue di sosmed yaw!

Instagram : @heynyoo
Youtube : heynyoo
Twitter : @heynyoo
Podcast
: https://anchor.fm/heynyoo

--

--

Nyo
Nyo

Written by Nyo

Digital Educator | Building a better learning experiences for all

No responses yet