Tetap Bertahan Meski Sulit, Ya? Ya!

Nyo
3 min readApr 21, 2021

--

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Assalamuallaykum Warrahmatullahi Wabarokatuh!

Tulisan ini menjadi penanda hari ke-29 untuk 30 Days Writing Challenge yang diampu oleh Kak Rezky Firmansyah. Perkenalan gue dengan beliau pun dimulai dari salah satu acara Content Creator Academy yang diselenggarakan PKS Muda dimana Kak Rezky menjadi pembicara disana. Begitulah kira-kira awalnya gue berkenalan dengan komunitas #30DWC.

Ngomongin soal challenge menulis, sebenarnya gue sudah tidak asing dengan kampanye menulis 30 hari tanpa henti. Dulu tahun 2017 pun gue mendapatkan banyak teman dari kampanye #30HBC alias 30 Hari Bercerita. Meskipun #30HBC saat itu belum begitu terstruktur komunitas dan rules & regulation seperti di #30DWC tetapi setidaknya memang mempertahankan konsistensi menulis selama 30 hari tidak menjadi lebih mudah meskipun pekerjaan kita menuntut terbiasa menulis.

Gue sebagai orang yang setiap hari terjun membuat karya tulisan seperti content writing untuk brand, copywriting untuk iklan sampai skrip untuk video iklan sekalipun tidak serta merta menjadikan hari-hari challenge menulis 30 hari tanpa henti ini mudah.

Ada kalanya, gue capek banget.

Pengen berhenti aja nulis gitu. Apalagi kalau hari itu kerjaan kantor lagi buanyak banget dan to-do list gue padet. Jiwa ini seakan berontak dengan bilang “ayo udah istirahat ngga usah nulis.”

Suara-suara setan emang biasanya melenakan, bung!

Namun, selayaknya manusia biasa yang ngga sempurna ada hari dimana gue lelah banget bahkan untuk sekedar melihat laptop dan berpikir “mau nulis apa lagi gue hah?”

Itu ngga terjadi sekali. Apesnya, justru rasa engga menulis itu makin muncul di hari-hari akhir. 3 hari terakhir, day 27, 28, dan 29 malah rasa malas menjadi-jadi. Belum lagi tumpukan pekerjaan yang entah gimana ceritanya bisa berkonspirasi untuk saling menghimpit hari itu. Kok semuanya berasa ingin diprioritaskan? Lalu otak gue mulai mencari celah pembenaran apa yang bisa dicari biar ngga usah nulis, kalau bisa MENYERAH AJA DI GARIS AKHIR!

Akhirnya gue mengambil jeda. Gue coba memilah lagi skala prioritas menggunakan the one and only Eissenhower Matrix seperti yang kantor ajarkan dulu. Semua hal akan ada kalanya terlihat mendesak dan penting. Namun kalau kita coba duduk tenang dan teliti, oh ternyata ngga semua yang mendesak itu penting dan ngga semua yang penting itu mendesak.

Hal paling penting kedua adalah kemauan untuk bertahan. Meski di grup berkali-kali gue ngeluh dan ngedumel “AH UDAH MAU NYERAH AJA!” toh akhirnya hari ini, detik gw menulis ini justru menjadi pembuktian bahwa gue terus bertahan. Konsistensi memang kunci tapi dalam challenge seperti ini yang diuji adalah resiliensi kita bertahan di kondisi sulit dan menekan.

Faktor lainnya yang menjadi pendukung suksesnya gue menamatkan challenge ini tentu saja anggota di Grup Empire dan Squad 6 yang ngga henti-hentinya memberikan suntikan semangat. COba bayangin kalau kita uda capek, lelah dan pesimis terus ngga ada yang nyemangatin? Apa ngga makin males untuk menyelesaikan? Hehehe…

Ketika gue pikirkan lagi gue bisa melihat bahwa bukan challenge menulisnya yang sulit, bukan pula banyak kondisi tidak mendukung dan sebagainya tapi bagaimana kita melihat tantangan sebagai sesuatu yang seru. Bukan yang menekan dan mendesak. Buktinya tulisan day 28 dan day 29 gue bisa selesai dalam rentang waktu kurang dari 6 jam. Jam pun udah mendekat ke garis akhir pula.

Ya tapi kan lo telat akhirnya ngumpulin day 28 dan day 29

Seperti refleksi gue di dunia kerja, gue melihat akan ada saatnya hal yang kita kerjakan itu tertunda atau telat. And that’s okay. Yang harus kita fokuskan adalah BIG WHY dari setiap hal yang mau kita lakukan. Waktu berguna untuk mentrack seberapa efisien dan cepat pekerjaan itu selesai, tapi kalau bicara kualitas tentu waktu bukan penentu utama. Makanya ketika yang lain sudah menyelesaikan challenge ini dengan mudah tanpa telat atau bolong: KALIAN HEBAT! Kalian lah pejuangnya. Namun, kalau kalian seperti gue yang telat karena sirkus dengan pekerjaan dan skala prioritas namun tetap bisa menyelesaikan lewat tengat waktu: KALIAN JUGA HEBAT. Hal tersebut membuktikan seberapa besar pertahanan kalian di dalam waktu genting namun tetap bisa menyelesaikan semuanya dengan apik.

Sekali lagi, akan jauh lebih banyak tantangan hidup di luar 30 DWC. Bagu gue, 30DWC berguna untuk merefleksikan resiliensi diri kita terhadap tantangan yang lebih besar dan lebih panjang di masa depan. Setidaknya kita sudah mencicipi sedikit, bagaimana rasanya dipaksa menulis 30 hari nonstop suka maupun tidak. Ya kan? ;)

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

_______

Tulisan gue ngena? Alhamdulillah… silahkan klik “Clap” yak. Kalau bermanfaat, boleh banget Share tulisan ini di media sosial lo. It means a lot!

Instagram : @heynyoo
Podcast : https://anchor.fm/heynyoo / Terdistraksi Podcast

--

--

Nyo
Nyo

Written by Nyo

Digital Educator | Building a better learning experiences for all

No responses yet